10 Pertanda Hati yang Sakit :
1. Kita mempercayai Allah SWT namun kita tidak mematuhi perintah-Nya.
2. Kita mengatakan bahwa kita cinta Rasulullah SAW namun kita tidak mengikuti sunnah Beliau.
3. Kita membaca Al-Qur'an namun kita tidak mempraktekkan nilai-nilai didalamnya.
4. Kita menikmati semua pemberian Allah SWT namun kita tidak mensyukurinya.
5. Kita tahu bahwa setan adalah musuh kita namun kita tidak melawannya.
6. Kita ingin masuk surga namun kita tidak berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memasukinya.
7. Kita tidak ingin dilempar dalam api neraka namun kita tidak berusaha dengan sungguh untuk menghindarinya (misal dengan berbuat baik).
8. Kita percaya bahwa tiap makhluk hidup pasti akan mati namun kita tidak pernah menyiapkan diri menghadapi kematian tersebut.
9. Kita sibuk bergosip membicarakan orang lain dan mencari tahu kekurangan mereka namun kita lupa akan kesalahan dan kekurangan kita sendiri.
10. Kita ikut menguburkan yang mati namun kita tidak mengambil pelajaran dari yang sudah mati itu.
Jumat, 29 Oktober 2010
TARBIYAH DZATIYAH
A.DEFINISI
- Adalah sejumlah sarana tarbiyah yang diberikan orang muslim/muslimah untuk membentuk kepribadian islami yang sempurna diseluruh sisinya; ilmiah, iman, akhlak, sosial dsb dan naik tinggi ke tingkatan kesempurnaan manusia.
- Dengan kata lain adalah tarbiyah/pembinaan seseorang terhadap diri sendiri dengan dirinya sendiri.
- Setara dengan tarbiyah jamaiyah (kolektif) atau forum-forum umum.
B.URGENSI
1.Menjaga diri mesti didulukan daripada menjaga orang lain
- Attahrim ayat 6 ; ”Hai orang-orang yang beriman jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu”
- Arti menjaga diri: a. Mewajibkannya mengerjakan perintah Allah
b. Menjauhi laranganNya
c. Bertaubat dari apa yang dimurkai Allah dan mendatangkan siksa
2. Jika anda tidak mentarbiyah diri anda, siapa yang mentarbiyah anda
- Setelah kita berusia dewasa, siapa yang akan mentarbiyah kita, kalau tidak kita sendiri???
3. Hisab kelak bersifat individual
- Surat Maryam;95 : ” Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri”
- Barang siapa mentarbiyah dirinya, insyaAllah hisabnya diringankan dan ia selamat dari siksa dengan rahmat Allah Taala.
4. Tarbiyah Dzatiyah lebuh mampu mengadakan perubahan
- Karena manusia lebih tahu akan dirinya dan rahasianya.
5. Tarbiyah Dzatiyah adalah sarana tsabat (tegar) dan istiqomah
- Perumpamaan tarbiyag dzatiyah adalah seperti pohon yang jika akarnya menancap kuat di bumi, maka pohon tersebut tetap kokoh kendati terkena angin dan badai.
6. Sarana dakwah yang paling kuat
- Sarana untuk menjadi qudwah (panutan) melalui tarbiyah Dzatiyah
7. Cara yang benar untuk memperbaiki realitas yang ada
- Jika dilakukan setiap orang dengan maksimal, syumul(universal) dan seimbang akan menghasilkan individu yang baik----keluarga yang baik----masyarakat dengan sendirinya menjadi baik dan realitas umat menjadi baik secara total sedikit demi sedikit.
8. Karena keistimewaan tarbiyah Dzatiyah
- Mudah diaplikasikan
- sarananya banyak
- ada terus pada orang muslim disetiap waktu, kondisi dan tempat.
C. SEBAB-SEBAB KETIDAKPEDULIAN KEPADA TARBIYAH DZATIYAH
1.Minimnya ilmu
-minimnya pengetahuan tentang keutamaan amal-amal shalih dan pahalanya yang besar.
-Minimnya pengetahuan kepada hasil-hasil positif bagi diri dan kehidupan di dunia dan akhirat dan ketidaktahuan kepada permusuhan setan yang tidak pernah berhenti dengan segala cara untuk menggembosi mereka dari seluruh kebaikan dan ketaatan
2. Ketidakjelasan sasaran dan tujuan
Lupa dasar keberadaan dan penciptaan manusia adalah untuk beribadah, taat, jihad dan dakwah di jalanNYa.
3.Lengket dengan dunia
Terlalu sibuk dan mencurahkan segala tenaga, waktu dan pemikiran untuk urusan dunia.
4. Pemahaman yang salah tentang tarbiyah
Menganggap dengan TZ membuat dirinya terputus dari kehidupan dan manusia, terisolir dari mereka, menyita banyak waktu dan tenaganya dan merasa cukup karena-dengan memuji Allah- ia orang muslim yang menunaikan kewajiban agamanya dan tidak perlu lagi hanyut dalam ketaatan dan ibadah-ibadah lain yang tidak wajib!h
5. Minimnya basis tarbiyah
Jika basis-basis tarbiyah (terutama rumah),kondusif (shalih) dan berpetunjuk dengan petunjuk Allah Taala, maka akan membantu seseorang untuk istiqomah, peduli dengan tarbiyah da tazkiyah(penyucian)dirinya.
6. Langkanya Murabbi (pembina)
Jika murabbi pertama adalah ayah dan murabbi kedua adalah ustadz, maka keduanya pada hari ini telah kehilangan peran tarbiyah yang semestinya.
7. Perasaan akan panjang angan-angan
Merasa umur masih panjang, masih panjang angan-angan
D. SARANA-SARANA TARBIYAH DZATIYAH
1. Muhasabah (evaluasi diri)
”Orang cerdas (berakal) adalah orang yang menghisab dirinya dan berbuat untuk akhirat. Dan orang lemah ialah orang yang mengikutkan dirinya kepada hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah”
Panduan Umum :
a.Urgensi muhasabah secara rutin
Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah brkata menjelaskan salah satu kiat muhasabah,”Hal yang paling bermanfaat bagi orang ialah ia duduk sesaat ketika hendak tidur. Ia lakukan muhasabah terhadap dirinya pada saat tersebut atas kerugian dan keuntungannya pada hari itu, lalu memperbarui tobatnya dengan nasuhah kepada Allah, lantas tidur dalam keadaan bertaubat dan bertekad tidak akan mengerjakan dosa yang sama jika ia telah bangun. Itu ia kerjakan pada setiap malam. Jika ia meninggal pada malam tersebut, maka ia meninggal dalam keadaan bertaubat. Jika ia bangun, ia bangun dalam keadaan siap beramal dan senang ajalnya ditunda, hingga ia menghadap Tuhannya dan mengerjakan ketertinggallannya”
b.Skala prioritas yang penting
1.Muhasabah kesehatan akidahnya, kebersihan tauhidnya dan kebersihannya dari syirik kecil dan tersembunyi.
2.Muhasabah atas pelaksanaan kewajiban-kewajiban, shalat lima waktu berjamaah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung hubungan kekerabatan, amar ma’ruf nahi munkar
3.Muhasabah tentang sejauh mana dirinya menjauhi hal-hal haram dan kemungkaran.
4.Muhasabah tentang pelaksanaan ibadah-ibadah sunnah dan ketaatan lainnya.
c.Jenis-jenis Muhasabah
1). Muhasabah sebelum berbuat
Adalah sesorang berpikir di awal tekad dan keinginannya serta tidak segera berbuat hingga ia mendapatkan kejelasan bahwa keinginannya harus dikerjakan
2) Muhasabah setelah berbuat
a) Muhasabah atas ketaatan yang ia lalaikan artinya tidak mngerjakan sebagimana mestinya
b) Muhasabah atas perbuatan yang lebuh baik tidak ia kerjakan daripada ia kerjakan
c) Muhasabah atas hal-hal mubah dan wajar
d. Muhasabah atas waktu
e. Ingat hisab terbesar
Al-Hasan Al-Basgri Rahimahulllah berkata”Orang mukmin itu pengelola dirinya sendiri. Ia menghisab dirinya atas ketaatannya kepada Allah. Hisab sebagian orang dipermudah pada hari kiamat, karena mereka memuhasabahi diri mereka di dunia dan sebagian orang dipersulit karena mereka mengerjakan banyak hal tanpa muhasabah
2. Taubat dari segala Dosa
3. Mencari ilmu dan memperluas wawasan
4. Mengerjakan amalan-amalan iman
a. mengerjakan ibadah-ibadah wajib seoptimal mungkin
b. meningkatkan porsi ibadah-ibadah sunnah
c. peduli dengan ibadah dzikir
- membaca alquran
- dzikir di berbagai kondisi dan tempat
- dzikir pada waktu pagi dan sore
- Dzikir dengan hitungan-hitungan tertentu
5. Memperhatikan aspek akhlak(Moral)
a. sabar
b. Membersihkan hati dari akhlak tercela
c. Meningkatkan kualitas akhlak
d. Bergaul dengan orang-orang yang berkhlak mulia
e. Memperhatika etika-etika umum
6. Terlibat dalam aktivitas Dakwah
a. Merasakan kewajiban dakwah (Yusuf;108)
b. Menggunakan setiap kesempatan untuk berdakwah
c. Terus menerus dan tidak berhenti di tengan jalan
d. Pintu-pintu dakwah itu banyak
e. Kerjasama dengan pihak lain
7. Mujahadah (jihad)
a. Sabar adalah bekal mujahadah
b. Sumber keinginan
c. Bertahap dalam melakukan mujahadah
d. Jadilah orang yang tidak lalai (selalu dalam keadaan terjaga)
e. Siapa yang mengambil manfaat dari mujahadah?
f. Berdoa dengan jujur epada Allah Taala
D. BUAH TARBIYAH DZATIYAH
1. Mendapatkan keridhaan Allah dan SurgaNya (Ghafir;40, Kahfi;107, Thaha;75)
2. Kebahagiaan dan ketentraman (An-Nahl;97, Thaha;124)
3. Dicintai dan diterima Allah (Maryam;96)
4. Sukses
5. Terjaga dari keburukan dan hal-hal yang tidak mengenakkan (Al-Hajj;38)
6. Keberkahan di Waktu dan harta
7. Sabar atas penderitaan dan semua kondisi (Al-Baqarah;155)
8. Jiwa merasa aman (Al-Ahqaf;13, Al-Fath;4)
- Adalah sejumlah sarana tarbiyah yang diberikan orang muslim/muslimah untuk membentuk kepribadian islami yang sempurna diseluruh sisinya; ilmiah, iman, akhlak, sosial dsb dan naik tinggi ke tingkatan kesempurnaan manusia.
- Dengan kata lain adalah tarbiyah/pembinaan seseorang terhadap diri sendiri dengan dirinya sendiri.
- Setara dengan tarbiyah jamaiyah (kolektif) atau forum-forum umum.
B.URGENSI
1.Menjaga diri mesti didulukan daripada menjaga orang lain
- Attahrim ayat 6 ; ”Hai orang-orang yang beriman jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu”
- Arti menjaga diri: a. Mewajibkannya mengerjakan perintah Allah
b. Menjauhi laranganNya
c. Bertaubat dari apa yang dimurkai Allah dan mendatangkan siksa
2. Jika anda tidak mentarbiyah diri anda, siapa yang mentarbiyah anda
- Setelah kita berusia dewasa, siapa yang akan mentarbiyah kita, kalau tidak kita sendiri???
3. Hisab kelak bersifat individual
- Surat Maryam;95 : ” Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri”
- Barang siapa mentarbiyah dirinya, insyaAllah hisabnya diringankan dan ia selamat dari siksa dengan rahmat Allah Taala.
4. Tarbiyah Dzatiyah lebuh mampu mengadakan perubahan
- Karena manusia lebih tahu akan dirinya dan rahasianya.
5. Tarbiyah Dzatiyah adalah sarana tsabat (tegar) dan istiqomah
- Perumpamaan tarbiyag dzatiyah adalah seperti pohon yang jika akarnya menancap kuat di bumi, maka pohon tersebut tetap kokoh kendati terkena angin dan badai.
6. Sarana dakwah yang paling kuat
- Sarana untuk menjadi qudwah (panutan) melalui tarbiyah Dzatiyah
7. Cara yang benar untuk memperbaiki realitas yang ada
- Jika dilakukan setiap orang dengan maksimal, syumul(universal) dan seimbang akan menghasilkan individu yang baik----keluarga yang baik----masyarakat dengan sendirinya menjadi baik dan realitas umat menjadi baik secara total sedikit demi sedikit.
8. Karena keistimewaan tarbiyah Dzatiyah
- Mudah diaplikasikan
- sarananya banyak
- ada terus pada orang muslim disetiap waktu, kondisi dan tempat.
C. SEBAB-SEBAB KETIDAKPEDULIAN KEPADA TARBIYAH DZATIYAH
1.Minimnya ilmu
-minimnya pengetahuan tentang keutamaan amal-amal shalih dan pahalanya yang besar.
-Minimnya pengetahuan kepada hasil-hasil positif bagi diri dan kehidupan di dunia dan akhirat dan ketidaktahuan kepada permusuhan setan yang tidak pernah berhenti dengan segala cara untuk menggembosi mereka dari seluruh kebaikan dan ketaatan
2. Ketidakjelasan sasaran dan tujuan
Lupa dasar keberadaan dan penciptaan manusia adalah untuk beribadah, taat, jihad dan dakwah di jalanNYa.
3.Lengket dengan dunia
Terlalu sibuk dan mencurahkan segala tenaga, waktu dan pemikiran untuk urusan dunia.
4. Pemahaman yang salah tentang tarbiyah
Menganggap dengan TZ membuat dirinya terputus dari kehidupan dan manusia, terisolir dari mereka, menyita banyak waktu dan tenaganya dan merasa cukup karena-dengan memuji Allah- ia orang muslim yang menunaikan kewajiban agamanya dan tidak perlu lagi hanyut dalam ketaatan dan ibadah-ibadah lain yang tidak wajib!h
5. Minimnya basis tarbiyah
Jika basis-basis tarbiyah (terutama rumah),kondusif (shalih) dan berpetunjuk dengan petunjuk Allah Taala, maka akan membantu seseorang untuk istiqomah, peduli dengan tarbiyah da tazkiyah(penyucian)dirinya.
6. Langkanya Murabbi (pembina)
Jika murabbi pertama adalah ayah dan murabbi kedua adalah ustadz, maka keduanya pada hari ini telah kehilangan peran tarbiyah yang semestinya.
7. Perasaan akan panjang angan-angan
Merasa umur masih panjang, masih panjang angan-angan
D. SARANA-SARANA TARBIYAH DZATIYAH
1. Muhasabah (evaluasi diri)
”Orang cerdas (berakal) adalah orang yang menghisab dirinya dan berbuat untuk akhirat. Dan orang lemah ialah orang yang mengikutkan dirinya kepada hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah”
Panduan Umum :
a.Urgensi muhasabah secara rutin
Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah brkata menjelaskan salah satu kiat muhasabah,”Hal yang paling bermanfaat bagi orang ialah ia duduk sesaat ketika hendak tidur. Ia lakukan muhasabah terhadap dirinya pada saat tersebut atas kerugian dan keuntungannya pada hari itu, lalu memperbarui tobatnya dengan nasuhah kepada Allah, lantas tidur dalam keadaan bertaubat dan bertekad tidak akan mengerjakan dosa yang sama jika ia telah bangun. Itu ia kerjakan pada setiap malam. Jika ia meninggal pada malam tersebut, maka ia meninggal dalam keadaan bertaubat. Jika ia bangun, ia bangun dalam keadaan siap beramal dan senang ajalnya ditunda, hingga ia menghadap Tuhannya dan mengerjakan ketertinggallannya”
b.Skala prioritas yang penting
1.Muhasabah kesehatan akidahnya, kebersihan tauhidnya dan kebersihannya dari syirik kecil dan tersembunyi.
2.Muhasabah atas pelaksanaan kewajiban-kewajiban, shalat lima waktu berjamaah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung hubungan kekerabatan, amar ma’ruf nahi munkar
3.Muhasabah tentang sejauh mana dirinya menjauhi hal-hal haram dan kemungkaran.
4.Muhasabah tentang pelaksanaan ibadah-ibadah sunnah dan ketaatan lainnya.
c.Jenis-jenis Muhasabah
1). Muhasabah sebelum berbuat
Adalah sesorang berpikir di awal tekad dan keinginannya serta tidak segera berbuat hingga ia mendapatkan kejelasan bahwa keinginannya harus dikerjakan
2) Muhasabah setelah berbuat
a) Muhasabah atas ketaatan yang ia lalaikan artinya tidak mngerjakan sebagimana mestinya
b) Muhasabah atas perbuatan yang lebuh baik tidak ia kerjakan daripada ia kerjakan
c) Muhasabah atas hal-hal mubah dan wajar
d. Muhasabah atas waktu
e. Ingat hisab terbesar
Al-Hasan Al-Basgri Rahimahulllah berkata”Orang mukmin itu pengelola dirinya sendiri. Ia menghisab dirinya atas ketaatannya kepada Allah. Hisab sebagian orang dipermudah pada hari kiamat, karena mereka memuhasabahi diri mereka di dunia dan sebagian orang dipersulit karena mereka mengerjakan banyak hal tanpa muhasabah
2. Taubat dari segala Dosa
3. Mencari ilmu dan memperluas wawasan
4. Mengerjakan amalan-amalan iman
a. mengerjakan ibadah-ibadah wajib seoptimal mungkin
b. meningkatkan porsi ibadah-ibadah sunnah
c. peduli dengan ibadah dzikir
- membaca alquran
- dzikir di berbagai kondisi dan tempat
- dzikir pada waktu pagi dan sore
- Dzikir dengan hitungan-hitungan tertentu
5. Memperhatikan aspek akhlak(Moral)
a. sabar
b. Membersihkan hati dari akhlak tercela
c. Meningkatkan kualitas akhlak
d. Bergaul dengan orang-orang yang berkhlak mulia
e. Memperhatika etika-etika umum
6. Terlibat dalam aktivitas Dakwah
a. Merasakan kewajiban dakwah (Yusuf;108)
b. Menggunakan setiap kesempatan untuk berdakwah
c. Terus menerus dan tidak berhenti di tengan jalan
d. Pintu-pintu dakwah itu banyak
e. Kerjasama dengan pihak lain
7. Mujahadah (jihad)
a. Sabar adalah bekal mujahadah
b. Sumber keinginan
c. Bertahap dalam melakukan mujahadah
d. Jadilah orang yang tidak lalai (selalu dalam keadaan terjaga)
e. Siapa yang mengambil manfaat dari mujahadah?
f. Berdoa dengan jujur epada Allah Taala
D. BUAH TARBIYAH DZATIYAH
1. Mendapatkan keridhaan Allah dan SurgaNya (Ghafir;40, Kahfi;107, Thaha;75)
2. Kebahagiaan dan ketentraman (An-Nahl;97, Thaha;124)
3. Dicintai dan diterima Allah (Maryam;96)
4. Sukses
5. Terjaga dari keburukan dan hal-hal yang tidak mengenakkan (Al-Hajj;38)
6. Keberkahan di Waktu dan harta
7. Sabar atas penderitaan dan semua kondisi (Al-Baqarah;155)
8. Jiwa merasa aman (Al-Ahqaf;13, Al-Fath;4)
Tujuh Amal Sang Hamba
Tujuh Amal Sang Hamba (Taujih & Tadzkirah)
Tujuh Langit, Tujuh Malaikat Penjaga, dan Tujuh Amal Sang Hamba
bengkelrohani.com - Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin Ma'dan, mereka berkata kepada Mu'adz bin Jabal, "Mohon ceritakan kepada kami sebuah hadits yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, yang telah dihafal olehmu dan selalu diingat-ingatnya karena sangat kerasnya hadits tersebut dan sangat halus serta dalamnya makna ungkapannya. Hadits manakah yang engkau anggap sebagai hadits terpenting?"Mu'adz menjawab, "Baiklah, akan aku ceritakan..." Tiba-tiba Mu'adz menangis tersedu-sedu. Lama sekali tangisannya itu, hingga beberapa saat kemudian baru terdiam. Beliau kemudian berkata, "Emh, sungguh aku rindu sekali kepada Rasulullah. Ingin sekali aku bersua kembali dengan beliau...".
Kemudian Mu'adz melanjutkan:Suatu hari ketika aku menghadap Rasulullah Saw. yang suci, saat itu beliau tengah menunggangi untanya. Nabi kemudian menyuruhku untuk turut naik bersama beliau di belakangnya. Aku pun menaiki unta tersebut di belakang beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah menengadah ke langit dan bersabda, "Segala kesyukuran hanyalah diperuntukkan bagi Allah yang telah menetapkan kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Wahai Mu'adz....!Labbaik, wahai penghulu para rasul....!Akan aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila engkau menjaganya baik-baik, maka hal itu akan memberikan manfaat bagimu. Namun sebaliknya, apabila engkau mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla....!Wahai Mu'adz...Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkati dan Mahatinggi telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan petala langit dan bumi.
Pada setiap langit terdapat satu malaikat penjaga pintunya, dan menjadikan penjaga dari tiap pintu tersebut satu malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan dari tiap tingkatan langitnya.Suatu hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan seorang hamba yang amalan tersebut memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari. Hingga sampailah amalan tersebut ke langit dunia (as-samaa'I d-dunya) yaitu sampai ke dalam jiwanya. Malaikat Hafadzah kemudian memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya.Namun tatkala sampai pada pintu langit pertama, tiba-tiba malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalannya tersebut!! Aku adalah pemilik ghibah... Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk mencegah setiap hamba yang telah berbuat ghibah di antara manusia -membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya, dia tidak suka mendengarnya- untuk dapat melewati pintu langit pertama ini....!!"
Kemudian keesokan harinya malaikat Hafadzah naik ke langit beserta amal shalih seorang hamba lainnya. Amal tersebut bercahaya yang cahayanya terus diperbanyak oleh Hafadzah dan disucikannya, hingga akhirnya dapat menembus ke langit kedua. Namun malaikat penjaga pintu langit kedua tiba-tiba berkata, "Berhenti kalian...! Tamparlah wajah pemilik amal tersebut dengan amalannya itu! Sesungguhnya dia beramal namun dibalik amalannya itu dia menginginkan penampilan duniawi belaka ('aradla d-dunya).Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalan si hamba yang berbuat itu melewati langit dua ini menuju langit berikutnya!" Mendengar itu semua, para malaikat pun melaknati si hamba tersebut hingga petang harinya.
Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang hamba yang nampak indah, yang di dalamnya terdapat shadaqah, shaum-shaumnya serta perbuatan baiknya yang melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya hingga akhirnya dapat menembus langit pertama dan kedua. Namun ketika sampai di pintu langit ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Tamparkanlah wajah pemilik amalan tersebut dengan amalan-amalannya itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku, karena selama ini dia selalu bertakabur di hadapan manusia ketika berkumpul dalam setiap majelis pertemuan mereka...."
Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa amalan seorang hamba yang tampak berkilauan bagaikan kerlip bintang gemintang dan planet. Suaranya tampak bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah shaum, shalat, haji dan umrah, hingga tampak menembus tiga langitpertama dan sampai ke pintu langit keempat. Namun malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Dan tamparkan dengan amalan-amalan tersebut ke wajah pemiliknya..! Aku adalah malaikat penjaga sifat 'ujub (takjub akan keadaan jiwanya sendiri). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar ridak membiarkan amalannya melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia selalu memasukkan unsur 'ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan...!"
Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang hamba yang diiring bagaikan iringan pengantin wanita menuju suaminya. Hingga sampailah amalan tersebut menembus langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad, haji dan umrah. Amalan tersebut memiliki cahaya bagaikan sinar matahari.Namun sesampainya di pintu langit kelima tersebut, berkatalah sang malaikat penjaga pintu, "Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Dia telah berbuat dengki kepada manusia ketika mereka diberi karunia oleh Allah. Dia marah terhadap apa-apa yang telah Allah ridlai dalam ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amal tersebut melewatiku menunju langit berikutnya...!"
Malaikat Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang hamba berupa wudlu yang sempurna, shalat yang banyak, shaum-shaumnya, haji dan umrah, hingga sampailah ke langit yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu langit keenam berkata, 'Saya adalah pemilik ar-rahmat (kasih sayang). Tamparkanlah amalansi hamba tersebut ke wajah pemilikinya. Dia tidak memilki sifat rahmaniah sama sekali di hadapan manusia. Dia malah merasa senang ketika melihat musibah menimpa hamba lainnya. Rabb Pemeliharaku memerintahkanku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku menuju langit berikutnya...!'Naiklah malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan seorang hamba berupa nafkah yang berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat wara' (berhati-hati dalam bermal). Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur dan bersinar bagaikan bagaikan kilatan petir. Namun ketika sampai pada langit yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di hadapan malaikat penjaga pintunya. Malaikat itu berkata, 'Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru) atau sum'ah (mencintai kemasyhuran) di antara manusia. Sesungguhnya pemilik amal iniberbuat sesuatu karena menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di dalam setiap pertemuan. Ingin disanjung di antara kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan di antara para pembesar. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amalannya menembus melewati pintu langit ini menuju langit sesudahnya. Dan setiap amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah ta'ala secara ikhlas, maka dia telah berbuat riya', dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan seseorang yang diiringi dengan riya' tersebut....!'
Dan malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan seorang hamba berupa shalat, zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak yang berbuahkan hasanah, berdiam diri, berdzikir kepada Allah Ta'ala, maka seluruh malaikat di tujuh langit tersebut beriringan menyertainya hingga terputuslah seluruh hijab dalam menuju Allah Subhanahu. Mereka berhenti di hadapan ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut menyaksikan amal sang hamba itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya bagi Allah Ta'ala.Namun tanpa disangka Allah berfirman, 'Kalian adalah malaikat Hafadzah yang menjaga amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang Pengawas, yang memiliki kemampuan dalam mengamati apa-apa yang ada di dalam jiwanya. Sesungguhnya dengan amalannya itu, sebenarnya dia tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain Aku...! Dia tidak mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia inginkan dari amalannya tersebut. Laknatku bagi dia yang telah menipu makhluk lainnya dan kalian semua, namun Aku sama sekali tidak tertipu olehnya. Dan Aku adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang tersimpan di dalam kalbu-kalbu. Tidak ada satu pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan tidak ada yang samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar..... Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah berlalu sama dengan pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan-Ku terhadap segala sesuatu yang awal sebagaimana pengetahuan-Ku terhadap segala yang akhir. Aku lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan tersembunyi. Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah menipu para makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha Mengetahui segala yang ghaib. Baginya laknat-Ku....!!
Mendengar itu semua maka berkatalah para malaikat penjaga tujuh langit beserta tiga ribu pengiringnya, 'Wahai Rabb Pemelihara kami, baginya laknat-Mu dan laknat kami. Dan berkatalah seluruh petala langit, 'Laknat Allah baginya dan laknat mereka yang melaknat buat sang hamba itu..!
Mendengar penuturan Rasulullah Saw. sedemikian rupa, tiba-tiba menangislah Mu'adz Rahimahullah, dengan isak tangisnya yang cukup keras...Lama baru terdiam kemudian dia berkata dengan lirihnya, "Wahai Rasulullah......Bagaimana bisa aku selamat dari apa-apa yang telah engkau ceritakan tadi...??"Rasulullah bersabda, "Oleh karena itu wahai Mu'adz.....Ikutilah Nabimu di dalam sebuah keyakinan...".Dengan suara yang bergetar Mu'adz berkata, "Engkau adalah Rasul Allah, dan aku hanyalah seorang Mu'adz bin Jabal....Bagaimana aku bisa selamat dan lolos dari itu semua...??"
Nabi yang suci bersabda, "Baiklah wahai Mu'adz, apabila engkau merasa kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu, maka cegahlah lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah terhadap sesama manusia, khususnya terhadap saudara-saudaramu yang sama-sama memegang Alquran. Apabila engkau hendak berbuat ghibah atau memfitnah orang lain, haruslah ingat kepada pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah mengetahui bahwa dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib. Janganlah engkau mensucikan jiwamu dengan cara menjelek-jelekkan orang lain. Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara menekan orang lain. Janganlah tenggelam di dalam memasuki urusan dunia sehingga hal itu dapat melupakan urusan akhiratmu. Dan janganlah engkau berbisik-bisik dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang tidak diikutsertakan. Jangan merasa dirimu agung dan terhormat di hadapan manusia, karena hal itu akan membuat habis terputus nilai kebaikan-kebaikanmu di dunia dan akhirat. Janganlah berbuat keji di dalam majelis pertemuanmu sehingga akibatnya mereka akan menjauhimu karena buruknya akhlakmu. Janganlah engkau ungkit-ungkit kebaikanmu di hadapan orang lain. Janganlah engkau robek orang-orang dengan lidahmu yang akibatnya engkau pun akan dirobek-robek oleh anjing-anjing Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta'ala, "Demi yang merobek-robek dengan merobek yang sebenar-benarnya..." (QS An-Naaziyat [79]: 2) Di neraka itu, daging akan dirobek hingga mencapat tulang........
Mendengar penuturan Nabi sedemikian itu, Mu'adz kembali bertanya dengan suaranya yang semakin lirih, "Wahai Rasulullah, Siapa sebenarnya yang akan mampu melakukan itu semua....??""
Wahai Mu'adz...! Sebenarnya apa-apa yang telah aku paparkan tadi dengan segala penjelasannya serta cara-cara menghindari bahayanya itu semua akan sangat mudah bagi dia yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala.... Oleh karena itu cukuplah bagimu mencintai sesama manusia, sebagaimana engkau mencintai jiwamu sendiri, dan engkau membenci mereka sebagaimana jiwamu membencinya. Dengan itu semua niscaya engkau akan mampu dan selamat dalam menempuhnya.....!!"
Khalid bin Ma'dan kemudian berkata bahwa Mu'adz bin Jabal sangat sering membaca hadits tersebut sebagaimana seringnya beliau membaca Alquran, dan sering mempelajarinya serta menjaganya sebagaimana beliau mempelajari dan menjaga Alquran di dalam majelis pertemuannya.
Al-Ghazali Rahimahullah kemudian berkata, "Setelah kalian mendengar hadits yang sedemikian luhur beritanya, sedemikian besar bahayanya, atsarnya yang sungguh menggetarkan, serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta meresahkan akal dan menyempitkan dada yang kini penuh dengan huru-hara yang mencekam. Kalian harus berlindung kepada Rabb-mu, Pemelihara Seru Sekalian Alam. Berdiam diri di ujung sebuah pintu taubat, mudah-mudahan kalbumu akan dibuka oleh Allah dengan lemah lembut, merendahkan diri dan berdoa, menjerit dan menangis semalaman. Juga di siang hari bersama orang-orang yang merendahkan diri, yang menjerit dan selalu berdoa kepada Allah Ta'ala. Sebab itu semua adalah sebuah persoalan bersar dalam hidupmu yang kalian tidak akan selamat darinya melainkan disebabkan atas pertolongan dan rahmat Allah Ta'ala semata.Dan tidak akan bisa selamat dari tenggelamnya di lautan ini kecuali dengan hadirnya hidayah, taufiq serta inayah-Nya semata. Bangunlah kalian dari lengahnya orang-orang yang lengah. Urusan ini harus benar-benar diperhatikan oleh kalian. Lawanlah hawa nafsumu dalam tanjakan yang menakutkan ini. Mudah-mudahan kalian tidak akan celaka bersama orang-orang yang celaka. Dan mohonlah pertolongan hanya kepada Allah Ta'ala, kapan saja dan dalam kadaan bagaimanapun. Dialah yang Maha Menolong dengan sebaik-baiknya...Wa laa haula wa laa quwwata illa billaah...
Tujuh Langit, Tujuh Malaikat Penjaga, dan Tujuh Amal Sang Hamba
bengkelrohani.com - Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin Ma'dan, mereka berkata kepada Mu'adz bin Jabal, "Mohon ceritakan kepada kami sebuah hadits yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, yang telah dihafal olehmu dan selalu diingat-ingatnya karena sangat kerasnya hadits tersebut dan sangat halus serta dalamnya makna ungkapannya. Hadits manakah yang engkau anggap sebagai hadits terpenting?"Mu'adz menjawab, "Baiklah, akan aku ceritakan..." Tiba-tiba Mu'adz menangis tersedu-sedu. Lama sekali tangisannya itu, hingga beberapa saat kemudian baru terdiam. Beliau kemudian berkata, "Emh, sungguh aku rindu sekali kepada Rasulullah. Ingin sekali aku bersua kembali dengan beliau...".
Kemudian Mu'adz melanjutkan:Suatu hari ketika aku menghadap Rasulullah Saw. yang suci, saat itu beliau tengah menunggangi untanya. Nabi kemudian menyuruhku untuk turut naik bersama beliau di belakangnya. Aku pun menaiki unta tersebut di belakang beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah menengadah ke langit dan bersabda, "Segala kesyukuran hanyalah diperuntukkan bagi Allah yang telah menetapkan kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Wahai Mu'adz....!Labbaik, wahai penghulu para rasul....!Akan aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila engkau menjaganya baik-baik, maka hal itu akan memberikan manfaat bagimu. Namun sebaliknya, apabila engkau mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla....!Wahai Mu'adz...Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkati dan Mahatinggi telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan petala langit dan bumi.
Pada setiap langit terdapat satu malaikat penjaga pintunya, dan menjadikan penjaga dari tiap pintu tersebut satu malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan dari tiap tingkatan langitnya.Suatu hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan seorang hamba yang amalan tersebut memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari. Hingga sampailah amalan tersebut ke langit dunia (as-samaa'I d-dunya) yaitu sampai ke dalam jiwanya. Malaikat Hafadzah kemudian memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya.Namun tatkala sampai pada pintu langit pertama, tiba-tiba malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalannya tersebut!! Aku adalah pemilik ghibah... Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk mencegah setiap hamba yang telah berbuat ghibah di antara manusia -membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya, dia tidak suka mendengarnya- untuk dapat melewati pintu langit pertama ini....!!"
Kemudian keesokan harinya malaikat Hafadzah naik ke langit beserta amal shalih seorang hamba lainnya. Amal tersebut bercahaya yang cahayanya terus diperbanyak oleh Hafadzah dan disucikannya, hingga akhirnya dapat menembus ke langit kedua. Namun malaikat penjaga pintu langit kedua tiba-tiba berkata, "Berhenti kalian...! Tamparlah wajah pemilik amal tersebut dengan amalannya itu! Sesungguhnya dia beramal namun dibalik amalannya itu dia menginginkan penampilan duniawi belaka ('aradla d-dunya).Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalan si hamba yang berbuat itu melewati langit dua ini menuju langit berikutnya!" Mendengar itu semua, para malaikat pun melaknati si hamba tersebut hingga petang harinya.
Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang hamba yang nampak indah, yang di dalamnya terdapat shadaqah, shaum-shaumnya serta perbuatan baiknya yang melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya hingga akhirnya dapat menembus langit pertama dan kedua. Namun ketika sampai di pintu langit ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Tamparkanlah wajah pemilik amalan tersebut dengan amalan-amalannya itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku, karena selama ini dia selalu bertakabur di hadapan manusia ketika berkumpul dalam setiap majelis pertemuan mereka...."
Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa amalan seorang hamba yang tampak berkilauan bagaikan kerlip bintang gemintang dan planet. Suaranya tampak bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah shaum, shalat, haji dan umrah, hingga tampak menembus tiga langitpertama dan sampai ke pintu langit keempat. Namun malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Dan tamparkan dengan amalan-amalan tersebut ke wajah pemiliknya..! Aku adalah malaikat penjaga sifat 'ujub (takjub akan keadaan jiwanya sendiri). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar ridak membiarkan amalannya melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia selalu memasukkan unsur 'ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan...!"
Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang hamba yang diiring bagaikan iringan pengantin wanita menuju suaminya. Hingga sampailah amalan tersebut menembus langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad, haji dan umrah. Amalan tersebut memiliki cahaya bagaikan sinar matahari.Namun sesampainya di pintu langit kelima tersebut, berkatalah sang malaikat penjaga pintu, "Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Dia telah berbuat dengki kepada manusia ketika mereka diberi karunia oleh Allah. Dia marah terhadap apa-apa yang telah Allah ridlai dalam ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amal tersebut melewatiku menunju langit berikutnya...!"
Malaikat Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang hamba berupa wudlu yang sempurna, shalat yang banyak, shaum-shaumnya, haji dan umrah, hingga sampailah ke langit yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu langit keenam berkata, 'Saya adalah pemilik ar-rahmat (kasih sayang). Tamparkanlah amalansi hamba tersebut ke wajah pemilikinya. Dia tidak memilki sifat rahmaniah sama sekali di hadapan manusia. Dia malah merasa senang ketika melihat musibah menimpa hamba lainnya. Rabb Pemeliharaku memerintahkanku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku menuju langit berikutnya...!'Naiklah malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan seorang hamba berupa nafkah yang berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat wara' (berhati-hati dalam bermal). Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur dan bersinar bagaikan bagaikan kilatan petir. Namun ketika sampai pada langit yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di hadapan malaikat penjaga pintunya. Malaikat itu berkata, 'Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru) atau sum'ah (mencintai kemasyhuran) di antara manusia. Sesungguhnya pemilik amal iniberbuat sesuatu karena menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di dalam setiap pertemuan. Ingin disanjung di antara kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan di antara para pembesar. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amalannya menembus melewati pintu langit ini menuju langit sesudahnya. Dan setiap amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah ta'ala secara ikhlas, maka dia telah berbuat riya', dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan seseorang yang diiringi dengan riya' tersebut....!'
Dan malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan seorang hamba berupa shalat, zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak yang berbuahkan hasanah, berdiam diri, berdzikir kepada Allah Ta'ala, maka seluruh malaikat di tujuh langit tersebut beriringan menyertainya hingga terputuslah seluruh hijab dalam menuju Allah Subhanahu. Mereka berhenti di hadapan ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut menyaksikan amal sang hamba itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya bagi Allah Ta'ala.Namun tanpa disangka Allah berfirman, 'Kalian adalah malaikat Hafadzah yang menjaga amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang Pengawas, yang memiliki kemampuan dalam mengamati apa-apa yang ada di dalam jiwanya. Sesungguhnya dengan amalannya itu, sebenarnya dia tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain Aku...! Dia tidak mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia inginkan dari amalannya tersebut. Laknatku bagi dia yang telah menipu makhluk lainnya dan kalian semua, namun Aku sama sekali tidak tertipu olehnya. Dan Aku adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang tersimpan di dalam kalbu-kalbu. Tidak ada satu pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan tidak ada yang samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar..... Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah berlalu sama dengan pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan-Ku terhadap segala sesuatu yang awal sebagaimana pengetahuan-Ku terhadap segala yang akhir. Aku lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan tersembunyi. Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah menipu para makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha Mengetahui segala yang ghaib. Baginya laknat-Ku....!!
Mendengar itu semua maka berkatalah para malaikat penjaga tujuh langit beserta tiga ribu pengiringnya, 'Wahai Rabb Pemelihara kami, baginya laknat-Mu dan laknat kami. Dan berkatalah seluruh petala langit, 'Laknat Allah baginya dan laknat mereka yang melaknat buat sang hamba itu..!
Mendengar penuturan Rasulullah Saw. sedemikian rupa, tiba-tiba menangislah Mu'adz Rahimahullah, dengan isak tangisnya yang cukup keras...Lama baru terdiam kemudian dia berkata dengan lirihnya, "Wahai Rasulullah......Bagaimana bisa aku selamat dari apa-apa yang telah engkau ceritakan tadi...??"Rasulullah bersabda, "Oleh karena itu wahai Mu'adz.....Ikutilah Nabimu di dalam sebuah keyakinan...".Dengan suara yang bergetar Mu'adz berkata, "Engkau adalah Rasul Allah, dan aku hanyalah seorang Mu'adz bin Jabal....Bagaimana aku bisa selamat dan lolos dari itu semua...??"
Nabi yang suci bersabda, "Baiklah wahai Mu'adz, apabila engkau merasa kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu, maka cegahlah lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah terhadap sesama manusia, khususnya terhadap saudara-saudaramu yang sama-sama memegang Alquran. Apabila engkau hendak berbuat ghibah atau memfitnah orang lain, haruslah ingat kepada pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah mengetahui bahwa dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib. Janganlah engkau mensucikan jiwamu dengan cara menjelek-jelekkan orang lain. Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara menekan orang lain. Janganlah tenggelam di dalam memasuki urusan dunia sehingga hal itu dapat melupakan urusan akhiratmu. Dan janganlah engkau berbisik-bisik dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang tidak diikutsertakan. Jangan merasa dirimu agung dan terhormat di hadapan manusia, karena hal itu akan membuat habis terputus nilai kebaikan-kebaikanmu di dunia dan akhirat. Janganlah berbuat keji di dalam majelis pertemuanmu sehingga akibatnya mereka akan menjauhimu karena buruknya akhlakmu. Janganlah engkau ungkit-ungkit kebaikanmu di hadapan orang lain. Janganlah engkau robek orang-orang dengan lidahmu yang akibatnya engkau pun akan dirobek-robek oleh anjing-anjing Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta'ala, "Demi yang merobek-robek dengan merobek yang sebenar-benarnya..." (QS An-Naaziyat [79]: 2) Di neraka itu, daging akan dirobek hingga mencapat tulang........
Mendengar penuturan Nabi sedemikian itu, Mu'adz kembali bertanya dengan suaranya yang semakin lirih, "Wahai Rasulullah, Siapa sebenarnya yang akan mampu melakukan itu semua....??""
Wahai Mu'adz...! Sebenarnya apa-apa yang telah aku paparkan tadi dengan segala penjelasannya serta cara-cara menghindari bahayanya itu semua akan sangat mudah bagi dia yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala.... Oleh karena itu cukuplah bagimu mencintai sesama manusia, sebagaimana engkau mencintai jiwamu sendiri, dan engkau membenci mereka sebagaimana jiwamu membencinya. Dengan itu semua niscaya engkau akan mampu dan selamat dalam menempuhnya.....!!"
Khalid bin Ma'dan kemudian berkata bahwa Mu'adz bin Jabal sangat sering membaca hadits tersebut sebagaimana seringnya beliau membaca Alquran, dan sering mempelajarinya serta menjaganya sebagaimana beliau mempelajari dan menjaga Alquran di dalam majelis pertemuannya.
Al-Ghazali Rahimahullah kemudian berkata, "Setelah kalian mendengar hadits yang sedemikian luhur beritanya, sedemikian besar bahayanya, atsarnya yang sungguh menggetarkan, serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta meresahkan akal dan menyempitkan dada yang kini penuh dengan huru-hara yang mencekam. Kalian harus berlindung kepada Rabb-mu, Pemelihara Seru Sekalian Alam. Berdiam diri di ujung sebuah pintu taubat, mudah-mudahan kalbumu akan dibuka oleh Allah dengan lemah lembut, merendahkan diri dan berdoa, menjerit dan menangis semalaman. Juga di siang hari bersama orang-orang yang merendahkan diri, yang menjerit dan selalu berdoa kepada Allah Ta'ala. Sebab itu semua adalah sebuah persoalan bersar dalam hidupmu yang kalian tidak akan selamat darinya melainkan disebabkan atas pertolongan dan rahmat Allah Ta'ala semata.Dan tidak akan bisa selamat dari tenggelamnya di lautan ini kecuali dengan hadirnya hidayah, taufiq serta inayah-Nya semata. Bangunlah kalian dari lengahnya orang-orang yang lengah. Urusan ini harus benar-benar diperhatikan oleh kalian. Lawanlah hawa nafsumu dalam tanjakan yang menakutkan ini. Mudah-mudahan kalian tidak akan celaka bersama orang-orang yang celaka. Dan mohonlah pertolongan hanya kepada Allah Ta'ala, kapan saja dan dalam kadaan bagaimanapun. Dialah yang Maha Menolong dengan sebaik-baiknya...Wa laa haula wa laa quwwata illa billaah...
Langganan:
Komentar (Atom)